Drs. Zulfikri Anas, M.Ed., Kurikulum MBKM Menekankan Pelayanan yang Berkeadilan Kepada Peserta Didik

Plt. Kepala Pusat Kurikulum & Pembelajaran Kemendikbud-Ristek RI, Drs. Zulfikri Anas, M.Ed. berkesempatan menjadi pembicara dalam kegiatan Dialog Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor pada Selasa, 14 Maret 2023 di Auditorium Prof. Abdullah Siddiq, SH.

Mengambil judul Relevansi Kurikulum merdeka di Era Transformasi, diawal paparannya beliau menyampaikan Kurikulum Merdeka, merupakan transformasi kualitas pembelajaran di Indonesia.

Transformasi ini kami lakukan setelah kami melihat Indonesia saat ini memerlukan perubahan dalam tata kelola pendidikannya, salahsatunya dimulai dari kurikulum.

Apa yang terlintas dipikiran kita atau para guru ketika disampaikan kurikulum? biasanya  kita akan menterjemahkannya kedalam format-format, administrasi-administrasi yang ribet, rumit dan susah dan itu menujukan belum adanya kemerdekaan bagi guru untuk berkreasi, untuk mendampingi siswa-siswanya. Tuturnya.

Zulfikri melanjutkan, saat ini guru juga terbelenggu dengan materi-materi yang banyak, sehingga terpaksa harus mengejar materi yang banyak sehingga waktunya habis dan tak mampu untuk memperhatikan perkembangan perindipidu anak.

Padalah keberadaan guru itu menurutnya, bukan karena kurikulumnya ada, melainkan karena muridnya ada, mengapa ada sekolah?, karena perlu ada orang yang dididik, kenapa ada orang yang perlu dididik?, karena masih ada orang yang belum terdidik, ciri-cirinya diantaranya perilakunya belum baik, ilmunya sedikit, akhlaknya belum benar.

Makin menunjukan prilaku kurang baik, maka harusnya dunia pendidikan makin dalam menyentuh mereka, bukan sebaliknya, masuk SD aja sekarang harus diselensi dulu sehingga akhirnya anak yang lemah ditinggal sedangkan yang kuat pemahamannya difasilitasi. 

Dengan adanya Kurikulum Merdeka ini lanjutnya, kita (Kemendikbud-Ristek) menekankan pelayanan yang berkeadilan kepada peserta didik dan fokus pada pelayanan individu peserta didik, sehingga Kurikulum yang kita susun itu berperan sebagai alat untuk memberikan pelayanan mereka. 

Beliau kembali melanjutkan perpindahan proses belajar dari minggu ke minggu bukan berdasarkan kemampuan guru menghabiskan materi pelajaran, tapi berdasarkan perkembangan capaian peserta didik dari waktu ke waktu. 

Ini mengubah paradigma, yang tadinya dipikirkan oleh guru itu bab-perbab materi yang ada dikurikulum, sekarang materi hanya menjadi alat pembelajaran, sementara yang menjadi fokus guru adalah perkembangan per individu peserta didik. 

Untuk itu lanjutnya, sebelum kegiatan pembelajaran dimulai pada semester baru, di hari-hari pertama masuk sekolah tahun ajaran baru, yang harus dilakukan oleh guru adalah pemetaan awal kemampuan anak.

“Sekarang kita baru menyadari inilah yang menjadi penyebab Learning Loss (kehilangan pembelajaran), dimana kebiasaan di dunia Pendidikan kita yang selama ini fokusnya hanya menghabiskan materi pembelajaran, ternyata bukan membantu peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan”. 

Mari kita tinggalkan praktek-praktek Pendidikan yang menjajah seperti itu, yang memposisikan peserta didik sebagai objek, sekarang kita jadikan peserta didik sebagai subjek yang aktif. Berikan ruang yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi uniknya masing-masing” himbau beliau.

Diakhir beliau berharap dengan adanya transformasi ini di tahun 2045 nanti kita sudah mempunyai generasi emas yang yang cerdas, berakhlak mulia, professional dan humanis mudah-mudahan itu lahir dari Universitas Ibn Khaldun Bogor ini. 

Karena di UIKA Bogor,  pendidikan yang diterapkan berbabiskan kepada nilai-nilai keislaman dan syariat Islam. Semoga ini menjadi dasar yang baik dari proses pembelajaran yang dilakukan, sehingga  mahasiswanya disini ilmunya tinggi, akhlaknya tinggi dan kepribadiannya juga insan kamil. tutupnya. (Humas/Pdu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *